Salah satu isu strategis yang menjadi prioritas dalam pembangunan kesehatan 5 tahun ke depan (2020-2024) adalah stunting. Komitmen percepatan penurunan stunting diatur dalam Perpres No.72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.
Stunting merupakan suatu kondisi dimana tinggi badan seorang anak lebih pendek jika dibandingkan dengan standar tinggi badan menurut umur (TB/U) berdasarkan standar WHO-2005 yaitu kurang dari -2 SD (Kemenkes RI, 2020).
Nutrisi yang tidak memadai merupakan salah satu penyebab terjadinya stunting, gagal tumbuh yang dimulai sejak dalam kandungan dan berlanjut setelah bayi lahir sebagai akibat dari praktek pemberian ASI yang tidak optimal, pemberian MP-ASI yang tidak lengkap dan pengendalian infeksi akan mengakibatkan stunting. Oleh karena itu fokus pada masa 1000 HPK dari sejak kehamilan sampai anak usia 2 tahun sangat penting (WHO, 2014).
Stunting 20% terjadi saat lahir (malnutrisi prenatal/bumil), 20% terjadi saat usia 6 bulan pertama, 50% terjadi saat usia 6-24 bulan dan 10% setelah usia 24 bulan (Dewey, 2009). Menurut Prendergast dan Humprey (2014) stunting pada anak yang berusia kurang dari 2 tahun masih bersifat responsif, atau dapat dicegah dengan intervensi (Sugiarti, 2020).
Berdasarkan Pemantauan Status Gizi (PSG) rutin tahun 2018 di wilayah Puskesmas Mlati II persentase stunting sebesar 11,2%. Hasil pendataan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluaraga (PIS PK) yang dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Mlati II pada Tahun 2019 nilai Indeks Keluarga Sehat (IKS) sebesar 0,19 dimana terdapat 81,41% bayi ASI Eksklusif dan 92,6% balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan. Sehingga masih ada 18,59% bayi belum mendapat ASI Eksklusif dan belum semua (100%) balita dipantau pertumbuhannya secara rutin.
Untuk itu mulai tahun 2019 penulis melakukan inovasi pencegahan stunting dengan meningkatkan pemberdayaan keluarga dan masyarakat melalui edukasi dalam “KEJAR CETING” – Kelompok belajar cegah stunting. Pada tahun 2022 inovasi ini kami kembangkan menjadi “KEJAR CETING MELEK KUPINK”, Kelompok Belajar Cegah Stunting Melalui Intervensi Komprehensif dan Edukasi Buku Pink-Buku KIA, dengan lokasi binaan di Padukuhan Nambongan, Kalurahan Tlogoadi, Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman.
Inovasi ini bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan keluarga dalam pencegahan stunting pada masa baduta melalui edukasi oleh tim puskesmas (integrasi antar program – nutrisionis, bidan, sanitarian, psikolog) dengan metode yang variatif. Edukasi yang diberikan perlu mendapatkan pendampingan dalam implementasinya di tingkat keluarga oleh kader pendamping baduta. Kader pendamping berperan sebagai konselor dan motivator bagi ibu dan keluarga terkait praktik pemberian makan yang tepat pada anak. Monitoring evaluasi terhadap pendampingan melalui logbook atau buku pemantauan pendampingan baduta dan register konseling PMBA oleh kader. Kader melaporkan hasil kunjungan ke puskesmas melalui google form. Kader akan merujuk balita yang memerlukan pemeriksaan lanjut ke puskesmas.
Komitmen, kolaborasi dan intervensi yang komprehensif merupakan faktor kunci dalam kesuksesan dalam penanggulangan stunting. Maka dalam kegiatan inovasi KEJAR CETING MELEK KUPINK ini kolaborasi lintas program dan lintas sector diterapkan. Strategi pelaksanaan inovasi dilakukan mulai dari pembentukan tim internal puskesmas, advokasi, penggalangan komitmen dan koordinasi dengan Panewu, Lurah, PKK, PKB, Kepala Dukuh, kader serta lintas sektor yang lain. Sosialisasi dan Bimtek PMBA dilaksanakan untuk memberikan bekal kepada kader “Laskar Ceting Bu Kardi” (Pejuang Cegah Stunting Bersama Ibu Kader Tlogoadi) dalam melakukan pendampingan pada keluarga baduta.
Kegiatan inovasi ini mendapatkan dukungan regulasi dari Kepala Puskesmas, Panewu, Lurah dan dukungan dana kegiatan dari anggaran BOK, pendapatan BLUD Puskesmas Mlati II, Anggaran Desa Kalurahan Tlogoadi, anggaran PUPM Kalurahan, dan anggaran dari PKB Kapanewon Mlati.
Upaya yang dilakukan oleh Puskesmas Mlati II melalui Inovasi KEJAR CETING MELEK KUPINK ini telah menunjukkan hasil yang baik yaitu:
1. Terbentuknya kelompok belajar cegah stunting
2. Terbentuknya kader Pendamping Baduta
3. Terlaksananya edukasi melalui Kelompok belajar cegah stunting
4. Terlaksananya Pendampingan Baduta oleh Kader
5. ASI Eksklusif pada usia 6 bulan tercapai 86,6%
6. Penurunan masalah gizi pada baduta didampingi
7. Meningkatnya Indeks Kepuasan Masyarakat yaitu dari 81 pada tahun 2019 menjadi 91 pada tahun 2022 (kriteria sangat baik)
Kegiatan inovasi ini mendukung pencapaian Indikator Program Prioritas Nasional Stunting sehingga dapat dipastikan akan terus berjalan dan dapat direplikasi di wilayah yang lain. Dengan inovasi KEJAR CETING MELEK KUPINK ini capaian ASI Eksklusif meningkat, praktik pemberian makan pada bayi dan anak semakin baik, nutrisi pada masa Baduta (1000 HPK) terpenuhi sehingga dapat menurunkan prevalensi stunting pada Baduta.
Penyusun inovasi : Miftakhul Jannah, S.ST Puskesmas Mlati2